-->

Alur Cerita Komik Naruto 698

Alur Cerita Komik Naruto 698

Kurama ingat bagaimana dulu waktu hubungannya dan Naruto masih tak begitu baik. Kurama yang disegel bertanya pada Naruto, "Kenapa kau masih bisa begitu percaya diri jika pada kenyataannya kau tak bisa menyelamatkan Sasuke!?"

"Semuanya akan berakhir kalau aku meragukan keputusanku sendiri! Aku akan mengurus Sasuke, lihat saja.." ucap Naruto tepat di depan mata Kurama.

Dan yah, Naruto tak akan menyerah. Tepat ketika sk hendak melesatkan serangannya, Naruto mampu bangkit dan memukulnya hingga Sasuke terpental membentur perbukitan bekas air terjun di ujung sana.

"Hah.. hah.." Naruto mengambil nafas.

"Lagi dan lagi.. lagi dan lagi.." Sasuke kesal. "Kenapa kau tak bisa diam saja dan biarkan aku membunuhmu!?"

"Tak akan.." ucap Naruto. "Akulah yang akan menang.."

Penulis : Admin - versiteks.com

Sasuke yang tadi sempat mengambil chakra dari Naruto kembali menyiapkan jutsu.

"Tadi itu serangan balik yang bagus, nak!" ucap Kurama dalam diri Naruto. "Kelihatanya kau tak menyianyiakan kesempatan saat kondisinya melemah. Tapi tetap ingat, Sasuke pasti sadar kalau chakra yang kuberikan padamu memiliki batasan.."

"Dia menggunakan Kagutsuchi, bersiaplah, dia sedang mempersiapkan serangan terakhirnya.." ucap Kurama. "Dia menyerap hampir semua yang kuberikan pada tadi, jadi sekarang yang tersisa hanya chakraku saja. Dan saat kau menggunakannya, aku akan tertidur, jadi gunakanlah dengan sebaik-baiknya, jangan biarkan dia mengambilnya lagi.."

"Tapi kau tak perlu terlalu khawatir sih, Rinnegannya itu baru, jadi dia pasti belum mampu menyerap chakra dan melancarkan jutsu dalam waktu yang bersamaan.."

Sasuke telah melompat dan bersiap dengan chakra api hitam berlapis petir di tangan kirinya.

"Sekarang, majulah.."

Naruto pun bersiap, dengan sisa chakra terakhir yang Kyuubi miliki.

Kyuubi mempercayakan semua sisa chakranya pada Naruto, anak yang telah berhasil menghilangkan kegelapan dalam dirinya. "Kau adalah orang yang spesial bagiku, nak.. Sasuke juga pasti berpikiran sama.."

Mereka makin mendekat, Naruto dan Sasuke, dengan serangan mereka masing-masing, dan whusss.. ledakan yang hebat kembali terjadi..

Ledakan yang kelihatannya akan jadi ledakan terakhir dari tubrukan jurus-jurus mereka. Setelahnya suasanya berubah hening..

Malam hari, bulan beradadi puncak tertinggi..

Sasuke membuka matanya..

"Sudah bangun, huh?" ucap Naruto, yang terbaring lemas di sebelahnya.

Pasca benturan tadi, mereka berdua rebah dan benar-benar tak berdaya untuk bangun. Saat Sasuke melihat kondisi tubuhnya, ia sadar seberapa parahnya itu..

"Kau lihat sendiri kan, kalau banyak bergerak, bisa-bisa kita mati karena kehabisan darah.." ucap Naruto. Jadi sekarang, yang bisa mereka lakukan cuma tetap terbaring sambil bercakap-cakap.

"Huh.. ini gara-gara begitu kau keras kepala ingin menghalangi jalanku.." ucap Sasuke.

"Aku jatuh ke dalam kegelapan dan memperoleh kekuatan untuk melenyapkan semua yang menghalangi jalanku, siapapun itu. Aku mencoba untuk melenyapkan semua ikatan yang kumiliki.. tapi.."

"Kau tak pernah memutus ikatanmu denganku.. tak peduli apapun yang terjadi.. kenapa kau begitu mempedulikanku!?"

"Heh, gara-gara tak bisa bergerak sekarang kau banyak bicara.." ucap Naruto. "Kau sudah tahu, kan?"

"Diam dan jawab pertanyaanku!!"

"Itu karena kau temanku.."

Sasuke terdiam.

"Huh, kau sudah mengatakannya. Memangnya, apa artinya itu untukmu?"

"Kalau kau ingin aku menjelaskannya, aku jadi bingung bagaimana harus mengatakannya.. hanya saja saat mendengar bualanmu yang bilang kalau kau akan mengemban semuanya di pundakmu.. aku merasa seperti.. merasakan sakit yang sama.."

"Sakit sekali, tak mungkin aku mengabaikannya.." ucap Naruto. "Yah, hari ini aku mengalami banyak rasa sakit jadi tak banyak yang bisa kulakukan.."

Naruto tersenyum, menahan rasa sakit...

"Naruto.." dalam hati Sasuke mengingat Naruto..

"Aku tahu di masa lalu kau selalu sendirian, sama sepertiku, Uchiha terakhir yang tersisa.. kau bersikap seperti anak nakal supaya mereka memarahimu, jadi mereka menyadari keberadaanmu.."

"Awalnya aku berpikir kau memang bodoh dan hanya bermain-main saja, tapi.. selalu melihatmu berbuat hal bodoh dan dimarahi, lama-lama aku jadi memperhatikanmu.."

"Dan saat itu, aku juga menyadari.. kelemahanmu telah masuk ke dalam diriku juga.."

"Aku tak bisa mengabaikanmu, saat aku melihatmu melakukan berbagai cara untuk bisa membuat ikatan dengan orang lain, itu mengingatkanku akan keluargaku.."

"Dan untuk suatu alasan, aku merasa lega.."

"Tapi.. aku juga merasa kalau itu adalah kelemahanku.."

"Aku berlatih keras untuk keluar dari titik lemah itu, dan menjadi lebih kuat, lebih kuat dari kakakku untuk bisa membalas dendam. Tapi, akhirnya kita malah menjadi satu tim.. dan aku kembali teringat dengan keluargaku.."

"Setelah menyelesaikan misi bersamamu, kau ingin menjadi hokage, aku bisa merasakan kalau ikatan antara kita makin menguat, dan aku menyadari kalau ingin bertarung bersamamu.."

"Aku mulai.. melihat tim 7 sebagai keluarga.."

"Dan saat melihatmu terluka.. aku juga bisa merasakan rasa sakit itu.."

"Saat aku mengerti penderitaanmu, untuk pertama kalinya aku menganggapmu sebagai rekan. Tapi di saat yang sama, aku tak bisa membiarkan menjadi makin kuat begitu saja, saat aku melihat betapa kuat dirimu, aku.."

"Aku juga tahu kalau kau juga selalu sendirian, aku merasa lega bisa bertemu orang yang sama sepertiku, dan aku merasa ingin berbincang-bincang bersamamu.." ucap Naruto.

"Tapi, aku tak melakukannya.."

"Karena aku iri dengan kemampuanmu, dan memutuskan untuk menjadikanmu sebagai saingan.."

"Kau telah menjadi tujuanku.. untuk pertama kalinya, aku memiliki ikatan.."

"Selama misi kita sebagai tim 7, aku selalu mengejarmu karena aku ingin menjadi kuat dan keren sepertimu.."

"Sebaliknya, akulah yang iri padamu.." ucap Sasuke dalam hati.

"Kau memiliki kekuatan yang tak kumiliki, kau selalu berjalan di depanku.. seperti kakakku.."

"Dan hari ini juga.."

Bulan berganti matahari, mereka berduapun terbangun dari tidur singkat tadi. Sinar matahari menyinari mereka, "Ukhh.."

"Dimana kita? Jangan bilang ini di surga.."

"Sepertinya kita ketiduran sampai pagi.." ucap Sasuke. "Huh, lagi-lagi kau masih hidup.." lanjutnya.

"Aah, aku masih tak bisa bergerak.. aku ingin sekali memukulmu sampai matamu terbuka!"

"Hah.. hahaha!!" Sasuke malah tertawa.
"A-apa!?"

"Apa kau masih mau bertarung dalam kondisi seperti itu?"

"Tentu saja, aku tak akan menyerah!!" ucap Naruto.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengakuinya.."

Sasuke lalu berkata, "Aku.. kalah.."

"Bodoh!! Tak ada yang menang ataupun kalah dalam pertarungan ini!!" bentak Naruto. "Aku hanya ingin memukul teman yang tak mau mendengarkanku!! Pertarungan yang sebenarnya setelah itu!!"

"Hei Naruto.."

"Eh?"

"Akhirnya aku mengakuimu." ucap Sasuke. "Kalau aku mati sekarang, takdir yang menurut petapa Rikudo telah mengikat kita sejauh ini akan berakhir juga.."

"Itu juga akan menjadi sebuah revolusi.." ucap Sasuke. "Kau bisa mengurus Mugen Tsukuyomi itu setelah aku mati dengan mentlanpantasikan mata kiriku ke Kakashi.. aku ingin menyelesaikannya denganmu sendirian.."

"Kau.. kau tak akan bisa menyelesaikan apapun kalau mati!!"

"Hiduplah dan bantu aku dari pada kau mati!! Mimpiku adalah membuat semua shinobi saling bekerja sama, termasuk kau!!"

"Yah.. walaupun kau oke dengan itu, lalu bagaimana dengan yang lain?"

"Huh, berhentilah membicarakan hal mengesalkan seperti itu, aku jadi makin gatal ingin memukulmu!!"

"Mungkin saja aku akan berbuat jahat lagi, kau tahu.."

"Kalau begitu aku akan menghentikanmu lagi!! Lagipula, aku yakin kau tak akan melakukannya.."

"Huh? Kenapa kau bisa yakin?"

"Jangan buat aku mengulanginya terus, kau masih belum mengerti ya? Huh, siapa sangka kau ini bodoh sekali.."

Sasuke menangis, "Diam kau, bodoh.."

Dan mereka terus terbaring seperti itu, terbaring dalam kondisi yang benar-benar parah, dengan tangan yang telah benar-benar hancur. Ledakan sebelumnya menghancurkan tangan kanan Naruto dan tangan kiri Sasuke. Darah dari kedua tangan itu terus mengalir hingga tersambung menjdi satu..

Nantikan Alur Cerita Komik Naruto 699 selanjutnya.

Source: Versiteks.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel